PERUBAHAN
STRUKTUR EKONOMI DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG
Pembangunan ekonomi untuk periode jangka panjang di suatu negara, membawa
perubahan yang sangat esensial terutama dalam struktur ekonomi negara tersebut.
Perubahan itu dari ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor
pertanian ke sektor ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri sebagai
mesin utama pembangunan.
Teori
pembangunan Solow (5 tahap: masyarakat
tradisional, prakondisi untuk tinggal landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan,
dan konsumsi massal yang tinggi).
Toeri
pembangunan(growth) fokus: industri, nilai: berpusat
pada industri, indikator: ekonomi makro, peran pemerintah: entrepreneur, dan
sumber utamanya: Modal. Perubahan
struktur ekonomi tersebut terjadi di hampir semua negara, meskipun pola dan
prosesnya dapat berbeda antar negara atau kelompok negara.
Data Bank
Dunia pada tahun 1980:
rata-rata nilai
tambah dari pertanian sekitar 7% dari PDB dunia,
sedangkan nilai
tambah dari industri primer (pengilangan minyak) dan sekunder (manufaktur)
sebesar 38% dan
manufaktur
sendiri hanya 23%.
Data pada tahun
1995:
Sumbangan
terhadap pembentukan PDB sektor pertanian sebesar 5% à perannya
semakin kecil dalam perekonomian dunia
Sumbangan
sektor industri primer dan sekunder juga menglami penurunan
Mengapa
demikian?
Karena laju
pertumbuhan output dari kedua sektor tersebut relatif lebih rendah dibanding
laju pertumbuhan
output sektor tersier (jasa).
Perubahan dan
transisi ekonomi di banyak negara memang sangat cepat, selama lebih tiga dekade
terakhir, apa sebabnya?
1.
Kondisi dan Struktur Awal Ekonomi Dalam Negeri
Bila suatu negara pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya telah
memiliki industri dasar yang lebih kuat (seperti: mesin, baja dan besi), maka
industrialisasi semakin cepat, sementara negara yang memiliki industri ringan
(seperti: tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman), proses
industrialisasinya cenderung lambat.
2.
Besarnya Pasar Dalam Negeri
Besarnya pasar dalam negeri ditentukan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita. Jumlah penduduk yang besar
menjadi salah satu faktor insentif pertumbuhan kegiatan ekonomi
/industrialisasi
3.
Ciri
industrialiasasi
Ciri industrialiasasi ini meliputi cara pelaksanaan (strategi yang
diterapkan), jenis industri unggulan, pola pembangunan industri dan insentif
yang diberikan
4.
Keberadaan SDA
Negara-negara yang kaya SDA, pertumbuhan industrialisasinya lebih rendah
atau lambat dibanding dengan negara-negara yang miskin SDA. Mengapa? Karena
negara kaya SDA cenderung tidak melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA.
5.
Kebijakan Atau Strategi Pemerintah yang Diterapkan
Pada industrialisasi di negara yang menerapkan
kebijakan Substitusi Impor (SI) dan kebijakan
perdagangan luar negeri yang protektif (Indonesia pada era Orde Baru), berbeda
dengan negara yang menerapkan kebijakan Promosi Ekspor (PE) dalam
mendukung perkembangan industrinya (Singapura dan Hing Kong)
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
1. Faktor-faktor
dari sisi permintaan agregat (AD)
Faktor yang
paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat dari kombinasi antara peningkatan pendapatan riil
perkapita dan perubahan selera masyarakat (konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan jumlah (konsumsi), tapi
juga perubahan
komposisi barang-barang yang di konsumsi.
Teori Engel
Apabila
pendapatan riil masyarakat meningkat, maka pertumbuhan permintaan barang-barang
non-makanan (seperti: alat-alat rumah tangga dari elektronik dan baju) akan
lebih besar daripada pertumbuhan permintaan barang makanan.
Apa dampaknya?
Perubahan selera konsumen
Memperbesar pasar (permintaan) bagi barang-barang yang ada
Memperluas segmentasi pasar yang ada (diversifikasi)
Menciptakan pasar bagi bar`ng baru non-makanan
Menggairahkan pertumbuhan industri baru.
Meningkatkan
pertumbuhan output industri
Chenery
(1992) à proses transformasi struktural akan mencapai tarafnya
yang paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestik ke arah output
industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi
perdagangan luar negeri atau ekspor sebagaimana yang terjadi di NIC’s
2. Faktor-faktor
dari sisi penawaran agregat (AS)
Faktor-faktor
ini adalah pergeseran
keunggulan komparatif
Chenery (1992) dalam kaitan
ini mengemukakan bahawa à proses transformasi struktural akan
berjalan lambat bahkan adakalanya mengalami kemunduran. Artinya à terjadi penurunan kontribusi output industri
manufaktur pada pembentukan PDB, jika keunggulan komparatif tidak
berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah output
industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor. Terjadi di
Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral lainnya.
Perubahan/progres teknologi peningkatan pendidikan atau kualitas sumberdaya manusia
(SDM) à keberasilan negara-negara Asia Timur, kususnya dai kelompok
NICs, sering disebut kualitas tenaga kerja meeka merupakan salah satu faktor
penentuyang sangat penting –ketekunan, loyalitas, kerja keras dan penghargaan
yang tinggi terhada pendidikan dan faktor budaya yang seing diabaikan dalam
pembangunan ekonomi oleh negara sedang berkembang sepert Indonesia.
Apa dampak dari lima (5) faktor itu?
·
Memungkinkan
untuk dilakukan inovasi dalam produk atau/dan proses produksi (seperti: personal
computer, hand-phone dan IT) à dapat meningkatkan pangsa
output dalam pembentukan PDB
·
Memungkinkan
pertumbuhan produktivitas sektoral dari faktor-faktor produksi yang digunakan (total
factor productivity)
·
Realokasi
investasi dan resource utama, termasuk teknologi dan tenaga kerja (SDM) dari
satu sektor ke sektor yang lain.
·
Apa sebab?
·
Ada perbedaaan
produktivitas atau pendapatan riil antarsektor
·
Kemiskinan di
salah satu sektor
·
Kebijakan
pemerintah yang memihak atau menguntungkan sektor tertentu. à misalnya:
kebijakan industrialisasi dan perdagangan luar negeri yang
mengutamakan pertumbuhan output di sektor industri.
3. Intervensi
pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri
Dari sisi AD
· Kebijakan yang
berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang menjadikan harga
jual barang yang bersangkutan mengalami peningkatan
(mahal) à akibatnya akan mengurangi permintaan terhadap barang
tersebut dan tergantung pada elastisitas harga terhadap permintaan.
· Kebijakan tidak
langsung misalnya pengurangan pajak pendapatan. Secara teoritis,
dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya tetap tidak
berubah, àdapat meningkatkan permintaan masyarakat
(konsumsi) terhadap produk-produk dari sektor-sektor tertentu, seperti
manufaktur dan jasa.
Dari sisi AS
· Kebijakan yang
berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi misalnya
pemberian insentif bagi sektor industri.
· Kebijakan tidak
langsung melalui pengadaan infrastruktur. Intervensi ini mempengaruhi sisi AS
4. Sumber
Internal (domestik) dan Sumber Eksternal (dunia)
Sumber
internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan
pemerintah seperti tersebut. Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan struktur perdagangan global
sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia dan peraturan-peraturan
mengenai perdagangan internasional. Misal: perubahan struktur ekspor
indonesia selama masa Orde Baru dari komoditas primer ke ekspor manufaktur.
Peran
perubahan struktur ekonomi
·
Motor utama
transformasi struktur ekonomi suatu negara bukan hanya
pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri.
·
Proses
transformasi tersebut juga mencakup pergeseran struktur industri dari
waktu ke waktu, misalnya dengan dimilikinya
keunggulan komparatif akibat pergeseran dari kegiatan produksi yang
bersifat padat karya dan berteknologi rendah ke arah kegiatan produksi yang
lebih padat modal dan berteknologi tinggi.
·
Pergeseran itu
dapat dalam berbagai arti: beragam jenis atau kelompok barang menurut sifat
penggunaannya, jenis kandungan inputnya atau menurut orientasi pasar.
·
Di Indonesia
perubahan struktur ekonomi yang cukup pesat dengan diversifikasi industri sejak
tahun 1983.
A. Gambaran
Umum Struktur Ekonomi Negara Maju & Berkembang
No
|
Uraian
|
1960
|
1980
|
2000
|
|||
Maju
|
Berkembang
|
Maju
|
Berkembang
|
Maju
|
Berkembang
|
||
1.
|
Populasi pertanian
(juta orang)
|
115
|
850
|
75
|
1230
|
50
|
1480
|
2.
|
Produksi Pertanian
(juta orang)
|
78
|
43
|
125
|
77
|
186
|
135
|
3.
|
Produksi pertanian
(juta orang)
|
680
|
52
|
1660
|
63
|
3720
|
91
|
Jika dilihat
dari produksi pertanian per kapitanya maka petani di negara maju produksi
pertanian perkapitanya jauh lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang.
Hal ini disebabkan faktor jumlah penduduk di negara berkembang jauh lebih besar
dibandingkan dengan negara maju. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
produktivitas sektor pertanian di negara-negara berkembang antara lain, karena
kekurangan prasarana pertanian, bercocok tanam yang digunakan masih bersifat
tradisional, input modern yang digunakan sangat terbatas, serta tingkat
pendidikan dan pengetahuan para petani sangat rendah.
1. Pertanian
Subsistem di Negara Berkembang
Pertumbuhan
penduduk yang sangat pesat pada akhir abad ke 19, sementara lahan pertanian semakin
sempit, mengakibatkan petani rata-rata hanya menggarap tanah kurang dari satu
hektar (petani gurem). Akibatnya pengaruh jumlah penduduk yang besar dan tanah
yang digarap ini semakin lama semakin sedikit maka hasil produksi jatuh sampai
dibawah tingkat subsistem, sehingga kemiskinan yang kronis menjadi kenyataan.
Kemiskinan ini di awali dengan tingkat produktivitas yang rendah sehingga
mengakibatkan pendapatan petani rendah sementara itu kebutuhan hidupnya semakin
besar. Akibatnya petani meminjam pada rentenir dengan tingkat bunga yang
tinggi. Kebanyakan dari petani tidak bisa mengembalikan simpanannya sehingga
mereka menjual tanah yang dimilikinya kepada rentenir tersebut dengan harga
yang rendah. Selanjutnya para petani tersebut bekerja sebagai petani penggarap.
Rentenir dengan dalih tanah sudah langka serta para petani dipaksa untuk
membayar sewa yang mahal. Pada akhirnya petani terperanglap dalam kemiskinan
yang kronis dan masuk dalam lingkaran setan (Vicious Circle).
Ragnar
Nurkse mengemukakan konsep Vicious Circle yaitusuatu
lingkaran yang tak berujung pangkal. Produktivitas yang sangat rendah
mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Hal ini menyebabkan rendahnya tabungan
masyarakat yang mengakibatkan rendahnya investasi nasional.
B. Ekonomi
Tradisional dan Dualisme Ekonomi
Masyarakat
di negara sedang berkembang sebagian besar hidup di pedesaan yang bercorak
tradisional, kegiatan ekonominya juga bersifat tradisional. Namun, dengan
terjadinya proses pembangunan dan pembauran sosial budaya maka secara bertahap
corak hidup masyarakat yang tradisional tersebut dipengaruhi oleh sosial-budaya
barat yang mengakibatkan muncul dan berkembangnya corak hidup yang modern.
Tetapi di kebanyakan negara berkembang corak hidup modern dan tradisional
keduanya sama-sama hidup dan saling bergantung dan mempengaruhi saut dengan
lainnya sehingga dikatakan masyarakatn ya berada dalam kehidupan ganda (dualisme).
Ada
bernacam-macam dualisme , yaitu :
· Dualisme
Ekonomi
Dualisme ini
terjadi di mana kegiatan dan keadaan ekonomi masyarakat dalam suatu masa
tertentu terdapat dalam kondisi yang bersifat tidak seragam atau bersifat
dualistik.
Dualisme ini
dapat dibedakan dalam ekonomi tradisional dan ekonomi modern.
» Dalam
kelompok ekonomi tradisional kegiatan atau keadaan ekonomi yang terkait
dikuasai oleh unsur atau sifat ketradisionalan (keunikan, ciri khas pedesaan,
homogenitas dan gotong royong).
» Dalam
kelompok ekonomi modern kegiatan dan keadaan ekonomi dikuasai oleh unsur atau
sifat yang modern (heterogenitas, individualisme, alat-alat tekhnologi yang
canggih, supermarket, hipermarket dan mega mall).
· Dualisme
Sosial
Dualisme
yang corak dan gaya hidup masyarakatnya berbeda satu dengan lainnya. Pada
sebagian masyarakat yang hidup dalam sistem sosial yang modern akibat pengaruh
sosial-budaya barat atau masyarakat yang berkehidupan modern. Sedangkan
kelompok masyarakat lainnya hidup dalam sistem sosial lama yang bersifat
tradisional, meskipun sudah tahu adanya budaya barat, tetapi mereka tetap
mempertahankan sifat tradisionalnya.
· Dualisme
Teknologi
Dualisme ini
terjadi pada masyarakat yang tradisional kegiatan ekonomi dengan mempergunakan
teknoloigi produksi yang berorientasi pada pusat-pusat kegiatan yang
konvensional. Sedangkan pada masyarakat modern mempergunakan alat-alat
teknologi yang canggih disertai organisasi produksi yang efisien.
· Dualisme
Finansial
Dikatakan
bahwa pasar uang dinegara-negara dapat dikategorikan menjadi dua , yaitu organized
money marketdan unorganized money market ( Rustian K. 1999
).
Pasar uang
yang pertama terdiri dari bank-bank komersial dan badan-badan keuangan. Jenis
ini terdapat di pusat-pusat perdagangan atau di kota-kota besar.
Pasar uang
yang kedua berada pada level tuan-tuan tanah di pedesaan, pengijon, tengkulak,
pedagang perantara di daerah pertanian dan pedesaan yang tata cara keuangannya
berjalan secara tidak terorganisir secara formal dan dilaksanakan secara
tradisional.
· Dualisme
Regional
Dikatakan
bahwa terdapat perbedaan tingkat pembangunan dan perkembangan antarberbagai
lahan dalam suatu negara. Dualisme regional dapat dikategorikan dalam 2 , yaitu
dualisme daerah perkotaan dan pedesaan, serta dualisme antara pusat modern dan
tradisional.
C. Pembangunan
dengan Pendekatan Struktur Ekonomi
Pembangunan
berdasarkan pendekatan struktur ekonomi telah dikemukakan oleh pakar ekonomi
terdahulu, yaitu Arthur Lewis. Pandangan Lewis mengenai pembangunan dengan
pendekatan struktural adalah proses pembangunan sebagai suatu transisi yang
dalam perkembangannya sekaligus mengandung transformasi perubahan struktural.
Pemikiran
Lewis melibatkan dua sektor sebagai penelitiannya. Sektor tersebut adalah
sektor tradisional dan modern. Sektor tradisional mencakup kegiatan pertanian
rakyat maupun kegiatan yang bersifat informal ( self employment ),
seperti pekerja informal misalnya pedagang kaki lima, asongan, rumah makan.
Golongan pekerja ini biasanya menciptakan pekerjaannya sendiri. Kegiatan
ekonomi di sektor ini bersifat usaha untuk memelihara dan mempertahankan
(tingkat) konsumsi yang diperlukan bagi kehidupannya. Sektor modern mencakup
industri besar, seperti industri manufaktur, disamping itu juga modern biasanya
berskala menengah dan besar sehingga memerlukan modal yang besar, teknologi
yang tinggi serta manajemen yang sudah mapan.
D. Evolusi
Pertanian
Untuk menuju
sampai adanya pembangunan perekonomian biasanya melalui suatu proses transisi,
yaitu dari pertanian subsisten ke pertanian spesialisasi. Proses transisi
tersebut sering disebut sebagai evolusi pertanian.
Ada 3 tingkatan dalam evolusi
pertanian menurut Todaro, yaitu :
· Pertanian
Subsistem
· Transisi
menuju ke pertanian campuran dan diversifikasi
· Diversifikasi
ke spesialisasi pertanian komersial yang modern
E. Strategi
Pembangunan Desa
Tujuan utama
pembangunan desa di negara-negara berkembang adalah untuk taraf hidup dengan
cara meningkatkan pendapatan petani kecil, meningkatkan output dan
produktivitas.
Untuk itu diperlukan sumber-sumber
untuk mempercepat kemajuan pertanian kecil, antara lain ;
· Perubahan
tekhnik dan munculnya inovasi
· Kebijakan-kebijakan
ekonomi pemerintah
· Lembaga-lembaga
sosial yang menunjang
Secara umum
kondisi kemajuan desa ditandai dengan beberapa hal, yaitu modernisasi struktur
pertanian untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pangan, menciptakan sistem
penunjang yang efektif dan mengubah keadaan lingkungan desa untuk memperbaiki
taraf hidup.
F. Pembangunan
Desa di RRC, sebuah tinjauan khusus
Menurut
studi yang dilakukan oelh Azis ( 1974 ), salah satu model dalam pembangunan
desa masyarakat China memang sudah dibekali oelh beberapa keyakinan dna
prinsip-prinsip yang sangat penting. Pembangunan desa masyarakat China berawal
dari prinsip komune rakyat, yakni kesatuan yang mempunyai tujuan besar dibidang
politik yang diperlukan dan dapat dijalankan oelh masyarakat pedesaan.
Ada 6 ciri
pentign dalam sistem komune rakyat China, antara lain :
· Kemampuan
memobilisasi angkatan kerja yang menganggur.
· Kemampuan
untuk menambah atau menyelenggarakan kegiatan ekonomi pedesaan
· Kemampuan
mengahsilkan pembentukan modal dan industrialisasi melalu pemindahan sejumlah
dana pendapatan komune ke dalam dana akumulasi.
· Kemampuan
menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang penting kepada semua rakyat
pedesaan, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
· Mengusahakan
atau memanfaatkan sumber-sumber daerah untuk memenuhi kebutuhan daerah itu
sendiri
· Sistem
politik dan ideologi china yang mengutamakan kepentingan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DALAM
PEMBANGUNAN
Pada umumnya
negara berkembang merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
sebagai mata pencahariannya.Usaha pertanian bagi sebagian negara berkembang
masih bersifat tradisional dan subsisten yang artinya cara memproduksi hasil
pertanian masih tradisional dan hasilnya hanya mencukupi untuk kebutuhannya
dalam jangka pendek.
Pengamatan
Kuznet menunjukkan bahwa kedudukan sektor pertanian dalam struktur PNB makin
lama makin berkurang sejalan dengan perkembangan ekonomi. Derajat kemerosotan
ini berbeda pada setiap negara. Di satu pihak tergantung pada tingkat
pertumbuhan di sektor pertanian itu sendiri dan di pihak lain tergantung pada
tingkat pertumbuhan sektor lain.
Di
negara-negara yang sektor pertaniannya sangat dominan, trategi industrialisasi
ini menimbulkan masalah. Di satu pihak sektor pertanian harus di tingkatkan karena
memang sebagian besar masyarakat negara berkembang berada pada sektor ini,
namun sektor ini tidak memberikan tingkat keuntungan ( marginal rate of
return ) yang tinggi. Tekanan penduduk yang terus meningkat
mengakibatkan terjadinya hukum “ hasil yang semakin mengecil “ ( law of
diminishing return ).
Di pihak
lain, sektor industri memberikan tingkat keuntungan yang tinggi apalagi
ditambah dengan besarnya peranan teknologi, jasa pemasaran, net working
system, serta investasi yang besar-besaran.
Presentase Sumbangan Per-sektor
terhadap Pendapatan Nasional
No.
|
Negara
|
Tahun
|
Sektor
|
||
Pertanian (%)
|
Industri (%)
|
Jasa (%)
|
|||
1.
|
Inggris
|
1801
1841
1607
1955
|
32
22
6
5
|
23
34
46
56
|
45
44
48
39
|
2.
|
Perancis
|
1825/1835
1872/1882
1908/1910
1962
|
50
42
35
9
|
25
30
37
52
|
25
28
28
39
|
3.
|
Jerman
|
1860/1869
1905/1914
1959
|
32
18
7
|
24
39
52
|
44
43
41
|
4.
|
Belanda
|
1913
1938
1962
|
16
7
9
|
33
40
51
|
51
53
40
|
5.
|
Amerika Serikat
|
1869/1879
1929
1961/1963
|
20
9
4
|
40
42
43
|
48
49
53
|
1) Reformasi
Pertanian
Proses
transformasi dalam sistem perekonomian memang sudah merupakan kodrat alam dari
suatu negara yang berhasil melakukan pembangunan. Negara-negara maju dan
dianggap berhasil melaksanakn strategi pembangunannya dalam waktu yang relatif
lama.
Negara-negara
maju umumnya telah mencapai pengembangan industrialisasi secara besar-besaran
karena sektor industri yang dapat menggerakkan pembangunan.
Bagi negara
agraris, perkembangan pertanian mungkin justru akan dilakukan terlebih dahulu
atau harus mendapat prioritas jika industrilialisasi ingin berhasil.
Ada berbagai
alasan mengapa sektor pertanian dibangun terlebih dahulu ( Raharjo, 1986 ),
antara lain :
· Barang-barang
hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat karena sebagian besar
calon pembelinya adalah masyarakat petani yang merupakan mayoritas penduduk
negara-negara sedang berkembang maka tingkat pendapatan mereka perlu
ditingkatkan melalui pembangunan pertanian. Untuk membangun pabrik-pabrik yang
modern dan efisien diperlukan ukuran minimum, yaitu luas dengan daya beli yang
memadai.
· Untuk
menekan ongkos produksi dari komponen upah dan gaji diperlukan tersedianya
bahan-bahan makanan yang murah sehingga upah dan gaji yang diterima dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Ini bisa dicapai apabila
produksi hasil pertanian terutama pangan dapat ditingkatkan sehingga harganya
bisa lebih murah dan terjangkau.
· Industri
juga membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertanian karena itu
industri bahan-bahan baku ini memberikan basis bagi pertumbuhan industri
selanjutnya.
2) Pembangunan
Berkelanjutan
Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu proses pembangunan
yang mengoptimalkan manfaat dan sumber daya manusia dengan menyerasikan sumber
alam dengan manusia dalam pembangunan (Salim, 1992)
Asumsi dasar serta ide pokok yang
mendasari faktor ini, yaitu :
· Proses
pembangunan itu terus berlangsung secara berlanjut terus-menerus, kontinu,
ditopang oelh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang
secara berlanjut.
· Sumber
alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, penggunaannya akan
menyiutkan kuantitas dan kualitasnya. Penyiutan itu berarti berkurangnya
kemampuan sumber alam tersebut utnuk menopang pembangunan secara berlanjut
sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan sumber daya
manusia.
· Kualitas
lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas kehidupan. Semakin baik
kualitas lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup yang antara
lain tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, harapan usia hidup, turunnya
tingkat kematian dan lain sebagainya.
· Dalam
pembangunan berkelanjutan pada penggunaan sumber daya alam masa kini mestinya
tidak menutup kemungkinan untuk memiliki alternatif lain di masa depan.
· Pembangunan
berkelanjutan mengandalkan solidaritas transgenerasi di mana pembangunan ini
memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya tanpa
mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
3) Implikasi
bagi kebijakan
Diperlukan 3
langkah kebijakan untuk mewujudkan pola pembangunan berkelanjutan ( Salim, 1992
) :
a. Berkenaan
dengan pengelolaan sumber daya alam (resource management) dengan tekanan
pada pengelolaan hutan, tanah, air.
b. Berkenaan
dengan pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan yang mencakup
penerapan analisis dampak pembangunan terhadap lingkungan, pengendalian
pencemaran khususnya bahan berbahaya dan beracun meupun pengelolaan lingkungan
binaan manusia (man made environment), seperti waduk, kota satelit.
c. Berkenaan
dengan pembangunan sumber daya manusia (human resource development) yang
mencakup pengendalian jumlah penduduk, kualitas pribadi atau masyarakat serta
pengembangan keserasian manusia dengan lingkungan.
PERUBAHAN STRUKTURAL DI INDONESIA
A. Sumbangan
Sektoral dalam Pembentukan PDB di Indonesia
Sumbangan sektoral dalam pembentukan
PDB menurut Harga Berlaku (%)
No
|
Sektor
|
Tahun
|
||
1994
|
1998
|
2000
|
||
1
|
Pertanian
|
17,28
|
18,08
|
16,92
|
2
|
Pertambangan
|
8,76
|
12,58
|
12,90
|
3
|
Industri
|
23,34
|
24,99
|
26,03
|
4
|
Jasa
|
9,18
|
8,58
|
9,42
|
Sumbangan sektoral dalam penciptaan
Kesempatan kerja
No
|
Sektor
|
Tahun
|
|||
1971
|
1980
|
1990
|
1994
|
||
1
|
Pertanian
|
61,7
|
55,93
|
50,43
|
56,22
|
2
|
Pertambangan
|
0,2
|
0,75
|
1,01
|
0,9
|
3
|
Industri
|
7,5
|
9,07
|
11,57
|
13,24
|
4
|
Jasa
|
30,6
|
34,25
|
37,03
|
39,64
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Kenyataan
ini menyebabkan tingkat kesejahteraan sebagian besar rakyat menengah kebawah
semakin rendah. Produksi dan kapasitas sektor pertanian dan informal yang
relatif kecil harus di bagi kepada jumlah orang yang sangat besar. Sebaliknya,
produk industri yang relatif besar dibanding sektor pertanian di bagi kepada
hanya sedikit orang. Akibatnya adalah terjadinya ketimpangan pendapatan antara
sektor pertanian dengan industri.
Oleh karena
sektor pertanian pada umumnya di pedesaan dan sektor industri di perkotaan maka
ketimpangan itu memunculkan ketimpangan spesial, yaitu antara perkotaan dan
pedesaan. Ketimpangan ini diakibatkan oleh adanya transformasi struktural yang
semu.
Pengalaman
ini dapat terjadi karena beberapa hal (Baswir, 1999) yaitu :
· Industrialisasi
yang dikembangkan tanpa adanya aspek keterkeitan (linkage) baik
keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun ketrkaitan ke
belakang (backward linkage).
· Industrialisasi
yang dikembangkan tidak mempunyai kaitan dengan produk sektor pertanian,
padahal sektor pertanian jelas merupakan sektor yang bahan bakunya teredia di
dalam negeri sehingga perkembangan industri tersebut tidak dapat memanfaatkan
kesempatan kerja di sektor pertanian.
· Industri
yang dikembangkan mempunyai kandungan lokal (local content) yang rendah
atau sebaliknya memiliki kandungan impor yang tinggi.
· Industri
pada umumnya mempunyai sifat relatif padat modal (capital ilntensef) di
banding dengan sektor pertanian yang padat karya (labor intensif)
Cara untuk mengukur tingkat
pemerataan adalah dengn menghitung Indeks Gini ( Gini ratio ). Indeks Gini
adalah suatu koefisien dengan rentang 0 sampai 1 sebagai ukuran ketidakmerataan
pembagian pendapatan dalam masyarakat.
· Indeks
0 – 0,4 menunjukkan kesenjangan yang ringan
· Indeks
0,4 – 0,5 menunjukkan kesenjangan yang moderat
· Indeks
0,5 – 1,0 menunjukkan kesenjangan yang bera
B. Diversifikasi
Pertanian
· Diversifikasi
Horizontal
Diartikan sebagai kesediaan produsen
untuk menenm berbagai tanaman di lahan yang dikuasai.
Beberapa manfaat dari adanya
diversifikasi horizontal :
·
Pemanfaatan waktu (musim/tahun) seoptimal mungkin
·
Pemanfaatan sumber ekonomi yang masih belum digunakan
secara penuh
·
Melonggarkan kendala-kendala (keterbatasan) sumber
daya yang dimiliki
·
Pemanfaatan seoptimal mungkin tersedianya faktor produksi
alam, seperti sinar matahari, curah hujan dan iklim
·
Pemanfaatan sifat-sifat komplementer antarberbagai
tanaman atau usaha tani melalui pemilikian tanaman/usaha tani maupun urutan
kegiatan yang tepat.
· Diversifikasi
Vertikal
Menyangkut penanganan pasca panen,
seperti pegolahan, perdagangan, penyimpanan. Pengembangan diversifikasi
vertikal bertujuan untuk memperkenalkan (memasukkan) tambahan kegiatan atau
perlakuan terhadap komoditas setelah panen sehingga para petani (produsen) yang
bersangkutan dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas yang dihasilkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar